Saya memiliki
hobi menggambar sejak kecil. Dengan
menggambar saya dapat menuangkan ide-ide yang kreatif melalui
goresan-goresan pensil. Menggambar selalu dapat membuat pikiranku menjadi lebih
tenang. Dan ketika aku ditanya “Cita-citamu ingin menjadi apa?”, saya selalu
menjawab “Saya ingin menjadi seorang arsitek”. Cita-citaku ingin menjadi
arsitek tersebut entah karena saya hobi menggambar, maupun karena hal yang lain
saya tidak tahu pastinya. Tetapi ketika ditanya tentang cita-citaku saya selalu
menjawab hal yang sama.
Masa Peralihan
Namun cita-citaku untuk menjadi
arsitek menghilang seketika saat saya melanjutkan ke SMK yang berjurusan Teknik
Mekatronika. Cita-citaku beralih dari yang dulunya ingin menjadi seorang
arsitek, berubah menjadi insyinyur dalam bidang permesinan. Sejak saat itu saya merasa
telah mengubur dalam semua hal tentang arsitektur.
Di SMK
Teknik Mekatronika saya mempelajari sesuatu tentang mesin dan elektronik, sebab
Mekatronika itu sendiri merupakan singkatan dari “Mekanik & Elektronika”.
Saya menikmati hari-hariku di sana. Saya belajar mengenai berbagai macam
teknologi seperti Mesin Router CNC, Mesin Bubut, Pneumatik yang dikendalikan
oleh PLC, rangkaian elektronika, dll.
Mesin Router CNC
Mesin Bubut
Rangkaian LED Berjalan
Setelah lulus SMK saya mencoba
mendaftar SNMPTN di UGM Jurusan Teknik Mesin, namun apa yang saya harapkan tak
dapat terpenuhi. Begitu pula saat saya mendaftar SBMPTN. Bahkan keinginanku
untuk memasuki Universitas papan atas tidak berkurang. Saya memilih ITB Jurusan
Teknik Elektronika. Akhirnya hal yang sama terjadi, kegagalan menyelimuti
diriku. Mungkin karena kemampuanku kurang memadai, atau karena SMK saya belum
memiliki sejarah yang panjang, sehingga kalah dengan SMA/SMK yang lain, bahkan
tak dianggap ada.
Namun saya tidak menyerah begitu
saja, masih ada satu jalan yang belum kulalui yang mungkin itu adalah jalan
yang terbaik bagi saya. Saya mendaftar Ujian Mandiri di UNNES sebagai pilihan
yang mungkin paling rasional. Saya berpikir jurusan apa yang akan saya ambil. Kemudian
saya teringat akan cita-cita yang kudambakan sejak kecil, lalu saya memilih
Teknik Arsitektur.
Saya menunggu hasil pengumuman
dengan rasa cemas, sebab ini merupakan peluang terakhirku. Saya berkata dalam
hati “Jika saya diterima berarti ini merupakan jalan yang terbaik bagiku,
tetapi jika tidak, mungkin saya tidak dikehendaki untuk hal ini atau mungkin
saya harus mencobanya lagi.” Ketika pengumuman itu tiba, saya sangat bersyukur
karena saya diterima.
Kembalinya Jiwa Arsitek
Dari situlah jiwaku sebagai calon
arsitek muncul kembali ke permukaan. Perasaanku terhadap arsitektur tak pernah
berubah, bahkan lebih dari yang semula. Bagaikan
seorang putri yang memperoleh pemberian yang berharga berupa bunga yang lembut.
Getaran pada tubuhku terasa lebih kencang.
Suatu produk arsitektur haruslah
mampu memanusiakan manusia, artinya suatu bangunan harus mampu membuat manusia
merasa nyaman, tanpa merusak hakikat suatu alam. Karena pada dasarnya manusia lebih membutuhkan alam untuk
hidupnya, daripada alam yang membutuhkan manusia untuk menjaganya. Oleh
karena itu seorang arsitek haruslah merancang bangunan yang ramah lingkungan,
atau yang sering kita sebut sebagai “Green Architecture”.
Hal-hal yang ada di bumi ini diciptakan untuk saling
melengkapi. Sama halnya antara kita dengan alam ini. Oleh karena itu kita harus selalu
melestarikan alam yang ada untuk kelangsungan hidup kita dan generasi-generasi
mendatang.
Salam
Arsitektur UNNES 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar