Arsitektur
kuno tidak hanya berpedoman bahwa bangunan didirikan berdasarkan atas alasan
gaib, mistis, atau magis belaka, mereka juga menganalisa realita dan penanganan
praktis permasalahan permukiman serta bangunan-bangunan. Salah satu contohnya yaitu tata bangunan istana atau rumah penduduk di
Jawa Tengah. Susunan ruang rumah adat
Jawa yang terdiri dari Pelataran (njaba),
Pendopo (Siti Hinggil), Pringgitan (Seketeng), dan Dalem (Petanen) tersebut menunjukkan susunan
dan tata arsitektur yang tinggi dan dalam nilai budayanya. Pengertian praktis antara ruang dalam dan
luar, keintiman tertutup keluarga dan keterbukaan bermasyarakat memperoleh
kesatuan yang harmonis. Hal itu
ditunjukkan dengan susunan ruang dalem
sebagai alam sakral dan pendopo sebagai dunia profan, yang
dipisahkan oleh pringgitan.
Sehingga dalam berarsitektur yang ditunjukkan di atas memiliki citarasa
kebudayaan ruang, tata suasana, serta inti berarsitektur yaitu menciptakan suasana.
Rumah Joglo